Surat dari Kertasarie Untuk Merdeka

whatsapp-image-2016-11-24-at-16-02-05
Hendi, Manda, dan motor jadulnya

 

Dear Deka…

Kita sudah lama berada di sini, di Bandung. Kota yang kita cintai, kota yang penuh dengan memori. Aku yakin, kecintaanmu pada kota ini begitu besar, sama halnya denganku. Bagaimana tidak, kita sama-sama angkatan 1900-an bukan? Hehehe… Kita merasakan pahit dan manisnya perkembangan zaman, dari zaman kolonial sampai zaman milenium sekarang. Selain itu, yang bagiku menggelitik, kita masih diberikan umur untuk menyaksikan orang-orang beradu argumen tentang letak geografis kita. Kau yang berada di pusat kota, menjadi penanda kesombongan sebagian orang untuk sekedar bilang “Aku masih masuk anak kota, bukan Bandung”. Padahal aku dan kau tak pernah mempermasalahkan hal itu. Kita sama-sama cinta Bandung. Arghhh lucu sekali…

Aku tahu, kau berada di titik keramaian, yang tak jarang menjadi tempat orang-orang untuk berkencan. Dan aku, aku yang berada jauh di selatan, hanya berteman dengan hehijauan. Bahkan orang-orang yang berpapasan denganku seperti lupa untuk sekedar menyapa.

Itu tak terjadi sekarang saja, kau memang sudah ditakdirkan untuk selalu ceria dengan kaki-kaki penuh kemenangan. Coba kau putar lagi ingatanmu ke masa lalu, kau begitu disayang orang-orang Belanda. Kau selalu dikelilingi orang-orang kaya. Groote Postweg dan Bragaweg bagian selatan tempat kau menancapkan alamat adalah jalan tersohor. Bandingkan dengan daerah tempatku berpijak yang jarang sekali didekor.

Tapi tak apa, aku sudah terbiasa. Justru aku khawatir bila kau tiba-tiba ingin menemaniku di sini. Atau justru bertukar peran denganku? Arghh janganlah, kita kan bukan tokoh di cerita-cerita fiktif. Surat ini pun tak bermaksud untuk itu. Coba bayangkan jika kau menemaniku di sini? Kau yang tak pernah sendiri tentunya akan merasa asing. Kau akan kehilangan teman dekatmu; Preanger, Homann, GEBEO, Majestic dan teman-teman lainnya. Selain itu, aku juga yakin mereka akan merasa kehilanganmu. Bukankah kalian sudah bersahabat cukup lama?

Beruntung beberapa bulan ke belakang ada salah satu Komunitas dari Bandung yang menyinggahiku, aku sangat senang sekali. Setelah aku stalking blog dan Instagramnya ternyata mereka juga sering menyambangimu, namanya Komunitas Aleut! Tentu kau mengenalnya bukan? Tiap Minggu mereka berkegiatan, akhir-akhir ini kegiatan yang sering mereka lakukan adalah mendalami perkampungan kota. Terakhir aku lihat di Instagramnya mereka menelusuri blok tahu di daerah Cibuntu. Hmmm… Kapan ya aku didatangi lagi oleh mereka?

Oiya, salah satu yang masih aku ingat dari kedatangan mereka saat itu adalah ketika Hendi—salah satu anggota Komunitas Aleut!—meminta izin untuk berfoto dengan seorang anggota lainnya bernama Manda tepat di depan aku. Mereka berdua berfoto ditemani motor butut jadul. Nampak serasi, mungkin mereka berpacaran. Kamu harus tau, Deka, aku senang bisa didatangi oleh mereka, oleh Hendi, Manda, dan motor butut jadulnya.

Deka…

Sebenarnya aku ingin menyapa dan menyuratimu tahun lalu, saat kau dikunjungi oleh banyak orang. Termasuk orang-orang penting di negeri ini. Berita tentangmu di media begitu mendominasi, foto-foto elok nan cantik tak jarang ada di timeline-ku. Memang, saban hari ada saja berita atau foto-fotomu terpampang di Instagramku. Namun tahun lalu terasa lain. Kau begitu istimewa, kau begitu dipuja-puja layaknya dewa.

Aku tak iri, justru aku merasa senang. Kau dirawat oleh kenangan, kau dirawat karena perjuangan. Aku di sini hanya butuh teman untuk berbagi, dan kiranya surat ini menjadi awal bagi kita untuk selalu tetap berkomunikasi.

Ku tunggu balasanmu, Deka.

 

 

Pangalengan, 24 November 2016


5 respons untuk ‘Surat dari Kertasarie Untuk Merdeka

Tinggalkan komentar